Lampung Selatan, Jurnalsewu.com — Cahaya adat dan tradisi Keratuan Darah Putih kembali memancar, menerangi seantero Provinsi Lampung. Di Lamban Balak, rumah besar yang menjadi jantung budaya Keratuan di Desa Kuripan, Kecamatan Penengahan, sebuah momen sakral dan penuh sejarah tercatat pada Rabu, 14 Mei 2025: penobatan sekaligus resepsi pernikahan Gusti Putra Aji, A.Md., S.T., dengan Rezky Amalya, S.Ak., M.Ak.
Rangkaian adat Gawi “Nyambai Bujenong Jakhu Makhga” — sebuah tradisi penobatan sekaligus perayaan pernikahan dalam adat Lampung — berlangsung khidmat. Upacara tersebut menandai babak baru dalam sejarah Keratuan Darah Putih, saat tongkat estafet kepemimpinan berpindah dari Dalom Kesuma Ratu, Erwisyahrial, S.Sos., kepada sang putra mahkota. Gusti Putra Aji resmi menyandang gelar Ratu Batin Ratu Raden Imba Kesuma Ratu ke-V.
Prosesi penobatan yang berlangsung di Masjid Qoulul Haq, tak jauh dari Lamban Balak, menggema dalam suasana sakral melalui tradisi Nyecup. Dengan iringan bahasa Lampung yang dilantunkan para Punyimbang, simbol-simbol pusaka keratuan diserahkan — warisan sejarah dan tanggung jawab besar dipindahkan dari seorang ayah kepada putra dan pemimpin masa depan.
Tak hanya menjadi peristiwa keluarga besar, penobatan dan pernikahan ini menjadi panggung harmoni lintas budaya. Seluruh Punyimbang Keratuan dari Negeri Pandan hingga Tetaan hadir, demikian pula tokoh adat dari berbagai marga Lampung Selatan dan Lampung Timur. Kehadiran unsur Forkopimda, wakil bupati Lampung Selatan, hingga utusan dari Gubernur Lampung menambah legitimasi dan makna strategis acara ini dalam lanskap kebudayaan provinsi.
Lebih jauh, suasana haru dan bangga terasa ketika perwakilan tokoh suku lintas agama yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Besar Suku Bangsa dan Agama (IKABASA) turut hadir. Dari Suku Bugis, Minang, Batak, Semendo, Jawa, Banten hingga Sunda — semua menyatu dalam semangat kebersamaan, merayakan warisan budaya yang menjunjung tinggi toleransi dan persaudaraan.
IKABASA sendiri bukan nama asing dalam sejarah Keratuan Darah Putih. Organisasi ini lahir dari gagasan almarhum H. Hasan Basri Raden Imba Kesuma Ratu IV, dan dikomandoi oleh adiknya, almarhum Muhammad Nasir Raden Dermawan, sebagai simbol perlindungan nilai-nilai kebhinekaan di bumi Lampung.
Tidak hanya tokoh-tokoh lokal, kehadiran delegasi dari Banten, Solo, Yogyakarta, dan Cikoneng menunjukkan bahwa nilai-nilai Keratuan Darah Putih telah menembus batas geografis, menjadi cermin kearifan budaya yang mengayomi.
Pelaksanaan Gawi Adat Nyambai Bujenong Jakhu Makhga ini bukan perkara ringan. Seluruh elemen adat — dari para Punyimbang, Punggawa, Muli Mekhanai, hingga masyarakat Desa Kuripan dan kerabat Keratuan di berbagai kabupaten — terlibat total, menyatukan tenaga, pikiran, dan semangat dalam perayaan yang hanya terjadi sekali dalam satu generasi.
Atas terselenggaranya peristiwa monumental ini, pihak Keratuan Darah Putih menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak, masyarakat, dan pemangku kepentingan yang telah berpartisipasi, dari awal persiapan hingga tuntasnya seluruh rangkaian acara.
Hari itu, cahaya putih Keratuan Darah Putih bukan hanya menerangi Desa Kuripan, melainkan memancar hingga ke segenap penjuru Lampung — membawa pesan luhur tentang warisan, kepemimpinan, dan harmoni dalam keberagaman.
---