Gotong royong warga Desa Way Kepayang, Kecamatan Kedondong, Kabupaten Pesawaran, menambal jalan berlubang dengan batu belah dan sirtu seharusnya tidak dipandang sebagai kisah heroik semata. Di balik semangat kebersamaan itu, tersimpan ironi besar: negara absen dalam memenuhi kewajiban dasarnya.
Jalan raya Kedondong–Way Kepayang, khususnya di depan Balai Desa hingga Simpang Kubu Batu, bukan jalur kampung yang tak tercatat. Ia adalah akses publik yang menjadi urat nadi aktivitas ekonomi, sosial, dan pemerintahan. Ketika jalan itu rusak parah dan dibiarkan berlarut, sesungguhnya yang dipertaruhkan bukan hanya kenyamanan, tetapi keselamatan warga.
Fakta bahwa masyarakat harus menggalang material dan dana sendiri untuk menutup lubang jalan menunjukkan kegagalan tata kelola infrastruktur. Lebih ironis lagi, kondisi ini terjadi di tengah rutin digelontorkannya anggaran pemeliharaan dan peningkatan jalan setiap tahun. Pertanyaannya sederhana namun mendasar: di mana negara saat warga menambal jalan dengan uang pribadi?
Gotong royong tidak boleh dijadikan tameng untuk menutupi kelalaian pemerintah. Budaya kebersamaan adalah kekuatan sosial, tetapi bukan substitusi dari tanggung jawab negara. Jika praktik seperti ini terus dibiarkan, maka kelalaian struktural akan dinormalisasi, dan rakyat akan terus diposisikan sebagai penambal kekurangan sistem.
Pemerintah daerah, khususnya instansi teknis yang bertanggung jawab atas infrastruktur jalan, wajib menjelaskan duduk persoalan secara terbuka. Apakah jalan tersebut luput dari perencanaan? Apakah anggaran tidak tersedia? Atau ada masalah lain dalam perencanaan dan pengawasan?
Jurnalsewu memandang, persoalan ini bukan sekadar soal jalan berlubang, melainkan cermin lemahnya keberpihakan kebijakan pada kebutuhan dasar masyarakat. Jalan yang rusak bukan hanya merusak kendaraan, tetapi juga merusak kepercayaan publik terhadap negara.
Sudah saatnya pemerintah berhenti bersembunyi di balik retorika pembangunan. Warga telah menunjukkan kepeduliannya. Kini giliran negara hadir, bertanggung jawab, dan bekerja bukan setelah ada korban, tetapi sebelum rakyat kembali harus menambal jalan dengan tangan sendiri.
---

